Saat ini sekitar 95 persen bahan baku obat di Indonesia masih diimpor. DI lain sisi, produksi obat dalam negeri meningkat sebesar 5 persen, yang mana nilai produksi medis Indonesia mencapai lebih dari 6 juta dolar AS (sekitar Rp93,65 miliar).
Terkait hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) berminat menggandeng India untuk meningkatkan produksi obat dengan harga terjangkau di dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan Asisten Deputi Investasi Strategis Kemenkomarves, Bimo Wijayanto, dalam Forum Bisnis Kesehatan India-Indonesia (IIHBH) di Jakarta, Selasa.
“Dengan membina kemitraan dengan perusahaan-perusahaan India, kami bertujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga memposisikan Indonesia sebagai pusat manufaktur farmasi regional,” ucap Bimo.
Bimo melanjutkan, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengeluarkan banyak investasi untuk meningkatkan produksi lokal bahan kimia dasar, bahan aktif farmasi, fitofarmaka, dan juga bahan mentah lainnya.
Dia juga mengatakan peluang investasi perusahaan-perusahaan India di sektor farmasi dan medis di Indonesia sangat luas dan beragam.
Sementara itu, Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste Sandeep Chakravorty mengatakan bahwa investasi Indonesia dan India berjalan dua arah, terutama untuk mendorong sektor farmasi.
“Jadi, sudah banyak pertukaran yang terjadi antara perusahaan India dan Indonesia, tetapi kami hanya ingin menciptakan fokus yang lebih besar, penekanan yang lebih besar. Kami ingin perusahaan-perusahaan India datang ke sini, berpartisipasi dalam sektor kesehatan Indonesia,” pungkas Sandeep.