spot_img

Indonesia Setujui Perangkat AI dari Taiwan untuk Skrining Osteoporosis

Kementerian Kesehatan Indonesia baru-baru ini memberikan persetujuan terhadap perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) asal Taiwan. Persetujuan tersebut untuk membantu skrining kasus potensial osteoporosis.

Menurut data, tercatat sampai 16 juta lansia di Indonesia dilaporkan berisiko terkena osteoporosis. 

Perangkat tersebut adalah VeriOsteo OP dari Acer Medical. Alat ini memanfaatkan AI untuk menganalisis kepadatan mineral tulang (BMD) dan memprediksi nilai T-score melalui gambar rontgen. 

Teknologi ini membantu para klinisi dalam menilai kemungkinan abnormalitas pada BMD pasien.

Pentingnya Teknologi Skrining Osteoporosis Berbasis AI

Pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa sekitar dua dari lima penduduknya berisiko terkena osteoporosis. Berdasarkan data dari Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, kondisi ini dapat mempengaruhi hingga sepertiga wanita. 

Risiko ini juga menimpa untuk hampir tiga dari sepuluh pria di negara Indonesia. Secara khusus, masyarakat Indonesia yang berusia sekitar 50 tahun memiliki risiko paling tinggi terkena osteoporosis.

Dalam pernyataannya, Acer Medical menekankan bahwa sekitar 16 juta populasi lansia di Indonesia berisiko mengalami kondisi terkait abnormalitas BMD. 

“Kesadaran akan penyakit ini masih rendah sehingga banyak orang mengabaikan atau menunda mencari perawatan medis. Akibatnya mereka melewatkan periode kritis untuk intervensi dini,” ungkap perusahaan tersebut dilansir dari Mobi Health News (17/10/24).

Persetujuan regulasi terbaru ini merupakan yang kedua bagi Acer Medical di Indonesia. Sebelumnya, perangkat lunak AI andalannya untuk mendeteksi retinopati diabetik, VeriSee DR, juga telah mendapatkan izin penggunaan di negara ini.

Gambaran Pasar

Dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit di Indonesia semakin banyak mengadopsi teknologi AI dalam pencitraan medis. Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan deteksi penyakit dan mendukung diagnosis klinis.

Rumah Sakit Universitas Indonesia, misalnya, menjadi yang pertama mengadopsi perangkat X-ray mobile berteknologi AI. Mereka menggunakannya untuk mendeteksi berbagai penyakit sebagai bagian dari kemitraannya dengan Fujifilm pada tahun 2022. 

Awal tahun ini, mereka juga menjalin kerja sama dengan Kakao Healthcare dari Korea Selatan untuk menguji aplikasi diabetes digital berbasis AI.

Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada juga bekerja sama dengan perusahaan Korea Selatan, Deepnoid. Kerja sama ini untuk menguji berbagai solusi AI pencitraan medis guna mendukung diagnosis berbagai kondisi paru-paru dan otak.

Pada Oktober ini, salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, Siloam Hospitals, menandatangani perjanjian baru untuk meningkatkan implementasi AI di berbagai departemen. Beberapa diantaranya termasuk patologi dan radiologi.

Selain rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga menjadi target adopsi AI. Khususnya, AI generatif sedang direncanakan untuk diterapkan di puskesmas di kabupaten Sumedang.

Adopsi AI, di antara faktor lainnya, mendorong pertumbuhan pasar pencitraan medis di Indonesia. Pasar ini diperkirakan bernilai sekitar $370 juta pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6% hingga tahun 2030.

 

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Media Sosial

10,000FansLike
13,700FollowersFollow
BERLANGGANAN NEWSLETTER GRATIS
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Join over 3.000 visitors who are receiving our newsletter and learn how to optimize your blog for search engines, find free traffic, and monetize your website.
We hate spam. Your email address will not be sold or shared with anyone else.

Pilihan Redaksi

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x