Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang tengah dikembangkan Google dikabarkan berhasil mendeteksi masalah kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke hanya melalui pemeriksaan retina saja, tanpa melakukan pengambilan sample darah atau tes laboratorium lain.
Ini adalah langkah maju yang besar secara ilmiah, kata Lily Peng, Product Manager Google AI. Metode ini tidak meniru diagnosis yang ada, namun menggunakan pembelajaran mesin untuk menemukan cara baru guna memprediksi penyakit.
Hasil penelitian Google AI tersebut telah dipublikasikan dalam sebuah artikel berjudul “Prediction of Cardiovascular Risk Factors from Retinal Fundus Photographs via Deep Learning“.
“Dengan menggunakan algoritma pembelajaran secara mendalam yang diujikan kepada 284.335 pasien, teknologi ini dapat memprediksi faktor risiko kardiovaskular melalui pemeriksaan retina dengan akurasi yang sangat tinggi,” ucap Lily Peng, MD, manajer produk dan Ber,ikir atas upaya Google AI ini, tulis di blog resmi Google AI.
Berbagai faktor risiko – usia, jenis kelamin, perokok, tekanan darah, dan lain sebagainya melalui proses pencitraan retina menjadi metode utama bagaimana cara kerja kecerdasan buatan ini bekerja.
“Algoritma kami bisa membedakan pasien yang memiliki riwayat resiko kardiovaskular atau tidak, merokok atau tidak, jenis umur, kelamin dan lainnya. Metode ini bahkan memiliki kalkulasi yang lebih akurat dibanding cara-cara konvensional seperti pengambilan sampel darah atau kolestrol,” Lanjut Peng.
“Pendekatan Google AI menggunakan pembelajaran mendalam untuk menarik koneksi antara perubahan anatomi dan penyakit manusia, mirip dengan bagaimana dokter belajar mengasosiasikan tanda dan gejala dengan diagnosis penyakit baru. Ini dapat membantu ilmuwan menghasilkan hipotesis yang lebih bertarget dan mendorong beragam penelitian masa depan,” Tutup Peng.