Indonesia mulai menatap pasar global untuk produk alat kesehatan (alkes) buatan dalam negeri. Untuk pertama kalinya, ventilator dan mesin anestesi diproduksi di dalam negeri melalui kerja sama antara PT Graha Teknomedika (GTM) dengan perusahaan multinasional asal Tiongkok, Mindray Medical International Limited.
Direktur Marketing dan Keuangan GTM, Febie Yuriza Poetri, menyampaikan bahwa perusahaan telah memproduksi ratusan unit ventilator dan bersiap memperluas produksi. Setelah kebutuhan domestik terpenuhi, peluang ekspor disebut akan segera dikejar.
“Ke depannya mudah-mudahan kerja sama ini berjalan lancar, kita bisa mendapatkan pangsa pasar yang baik, serta mendukung ketahanan kesehatan nasional. Kita juga akan melihat kemungkinan untuk ekspor,” ujar Febie saat ditemui di gedung GTM, Depok, Jawa Barat, Senin (8/9/2025).
Target Produksi dan Kesiapan Ekspor
GTM menargetkan kapasitas produksi 500–1.000 unit ventilator dan mesin anestesi per tahun. Hingga pertengahan 2025, sekitar 300 unit ventilator telah selesai diproduksi, sementara mesin anestesi masih dalam tahap awal peluncuran.
Menurut Febie, capaian tersebut menunjukkan kesiapan Indonesia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam negeri, tetapi juga untuk merambah ke pasar luar negeri. “Target kita semuanya, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Kapasitas 500–1.000 unit per tahun diharapkan bisa terus meningkat seiring permintaan,” jelasnya.
Ventilator buatan GTM juga telah memperoleh Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sedangkan mesin anestesi masih dalam proses pengajuan.
Investasi Fasilitas Produksi
Untuk mendukung produksi, GTM telah menginvestasikan sekitar Rp10 miliar. Dana tersebut digunakan untuk memperluas fasilitas produksi elektromedik, melengkapi peralatan uji, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Fasilitas baru seluas 300 meter persegi disiapkan khusus agar produk yang dihasilkan memenuhi standar internasional. Upaya ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong penguatan industri alat kesehatan lokal.
Tantangan Impor Alat Kesehatan
Meski produksi dalam negeri mulai meningkat, Indonesia masih bergantung pada impor alat kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sekitar 70 persen kebutuhan alkes nasional masih dipenuhi dari impor, baik dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang, hingga Tiongkok.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalucia, menilai kondisi ini menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi. Ia menegaskan, kapasitas produksi dalam negeri perlu terus ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk asing.
“Saat ini produsen dalam negeri masih sedikit, impornya sekitar 70 persen. Karena itu, produksi lokal harus terus diperkuat,” ujarnya.
Kebijakan Pemerintah Dorong Produksi Lokal
Upaya mengurangi impor semakin gencar sejak Presiden Joko Widodo menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Kebijakan tersebut mendorong agar Indonesia tidak lagi bergantung sepenuhnya pada produk impor.
Sejak kebijakan diberlakukan, industri alat kesehatan dalam negeri mengalami pertumbuhan pesat. Dalam kurun tiga tahun terakhir, produksi lokal meningkat lebih dari tiga kali lipat dibanding sebelum 2022.
“Kalau dulu lebih banyak importir atau pedagang, sekarang sudah semakin banyak yang benar-benar melakukan produksi,” kata Lucia.
Dampak Ekonomi dan Lapangan Kerja
Selain memperkuat ketahanan kesehatan nasional, peningkatan produksi dalam negeri juga memberikan dampak ekonomi. Jika sebelumnya importir hanya menyerap sekitar 10 tenaga kerja untuk distribusi, maka pembangunan pabrik mampu membuka lapangan kerja dengan kapasitas minimal 200 pekerja.
Lucia menambahkan, bertambahnya jumlah produsen dalam negeri tidak hanya membantu menekan defisit akibat belanja impor, tetapi juga menciptakan multiplier effect berupa penciptaan lapangan kerja baru.
Potensi Indonesia di Pasar Global
Dengan kapasitas produksi yang terus berkembang, investasi fasilitas baru, serta dukungan regulasi pemerintah, Indonesia berpotensi menjadi pemain baru di pasar alat kesehatan global.
Produksi ventilator dan mesin anestesi buatan PT Graha Teknomedika bersama Mindray menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju kemandirian industri alat kesehatan nasional.
Jika target produksi dan ekspor tercapai, Indonesia tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada produk impor, tetapi juga berkontribusi pada rantai pasok alat kesehatan internasional.




