Dilansir dari Kantor Berita Antara pada Kamis (27/04/2023), terjadi kasus meningitis babi di 4 Rumah Sakit (RS) di Bali. Sementara itu sedikitnya 38 orang dirawat karena penyakit yang dikaitkan dengan mengkonsumsi daging babi yang masih mentah.
Kasus meningitis babi atau Meningitis Streptococcus Suis (MSS) di Bali disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Gede Anom. Saat ini sebanyak 38 kasus menyebar di empat RS. Diantaranya RSUD Negara, RSUP Prof. Ngoerah, RS Sanjiwani, dan RS Bali Mandara. Akan tetapi perlu dicatat bahwa tidak semuanya diakibatkan oleh MSS.
Anom mengatakan bahwa sedang dilakukan penelusuran epidemiologi untuk mengetahui situasi kasus di lapangan, melihat kaitan epidemiologi kasus dan paparan faktor risiko yang ada.
Faktor risiko yang dimaksud adalah konsumsi olahan babi yang kurang matang. Dari sana akan coba dicari sumber dan cara penularan, serta mengambil langkah-langkah penanggulangan sementara.
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan kegiatan surveilans untuk mendeteksi kasus sejak dini. Lalu segera memberikan pengobatan untuk mencegah infeksi berat atau komplikasi pada pasien.
Sosialisasi kepada Masyarakat untuk Cegah Kasus Meningitis Babi
Anom menjelaskan bahwa akan segera dibuat tim koordinasi penanggulangan penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Mereka akan melakukan tes laboratorium untuk memastikan diagnosa, serta berkoordinasi dengan lintas sektor.
Lintas sektor yang dimaksud adalah kerjasama antar bagian. Mulai dari dinas pertanian dan ketahanan pangan. Kemudian dinas kesehatan diiringi oleh tokoh desa untuk mengambil langkah lebih lanjut.
“Masyarakat dihimbau agar cepat mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan bila merasakan gejala-gejala tertentu. Contohnya sakit kepala, demam, kaku tengkuk, ruam, mual kadang muntah. Kemudian sensitif terhadap cahaya, pendengaran berdengung atau terganggu pasca mengkonsumsi olahan babi,” sambungnya.
Selain itu, Dinkes Bali memastikan pemberian pelayanan kesehatan kepada penderita meningitis yang sedang dirawat.
Kepada masyarakat juga diberikan sosialisasi agar mengolah makanan yang benar. Salah satunya harus memasak di atas suhu 80 derajat celcius.
Anom menuturkan bahwa penyakit yang ditularkan dari hewan ini ada penyebab dan jenis berbeda. Baik itu seperti virus, bakteri, jamur, parasit dan non-infeksi. Lalu meningitis bakteri sendiri penyebabnya beragam, seperti haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, dan neisseria meningitidis.
“Seseorang dapat terpapar (Meningitis Streptococcus Suis) karena bakteri Streptococcus pada daging dan darah babi yang masih mentah. Apabila dikonsumsi dalam kondisi tidak dimasak sempurna, akan menyebabkan terjadinya proses infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang,” ujarnya.
Lebih lanjut Anom menyatakan tidak semua meningitis disebabkan daging babi yang dikonsumsi. Tetap perlu dibuktikan lebih lanjut.