3D Printing adalah teknologi yang memungkinkan mencetak benda tiga dimensi dengan berbagai bentuk dan fungsi. Teknologi ini tidak hanya digunakan untuk keperluan industri, seni, atau hobi. Sektor kesehatan juga dapat menggunakan inovasi ini.
Dalam event Design and Diversity 2023 berlokasi di Samarinda, ada seorang desainer muda bernama Ammar Farhan dengan bendera studio Af3dlab. Ia membuat berbagai prototype 3D printing.
3D Printing dan Penerapannya di Industri Kesehatan
Salah satu penerapan teknologi cetak 3D adalah di bidang medis. Benda-benda yang berhubungan dengan kesehatan dapat dibuat menggunakan printer 3D.
Berbagai benda ini biasanya dibuat berdasarkan data gambar dari file dicom hasil CT-scan. Sebagai contoh, Af3dlab membuat tengkorak wajah manusia.
Dia mengatakan, tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa mesin cetak 3D dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bidang dan kebutuhan. Ammar juga ingin menunjukkan bahwa desain bukan hanya soal keindahan, tetapi juga soal fungsi dan solusi.
Ia mengaku tertarik dengan mesin cetak 3D sejak belajar di jurusan Teknik Material dan Metalurgi di Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Jurusan ini sendiri terdiri dari dua jenis. Pertama, metalurgi terkait dengan logam, kedua material yang dapat banyak terbagi. Mulai dari polimer, keramik, dan komposit.
“Bidang cetak 3D yang kami tekuni ini berkaitan dengan material polimer. Kami juga belajar tentang manufaktur,” kata Ammar dilansir dari Kaltim Post (01/07/20230).
Af3dlab Memenuhi Berbagai Jenis Permintaan Pencetakan 3D
Ammar mengungkapkan, Af3dlab dapat menerima berbagai macam pemintaan terkait 3D printing. Baik yang sudah memiliki bentuk dan tinggal dicetak dengan 3D printing atau CNC (computer numerical control), atau yang membutuhkan desain baru.
“Contohnya ada baut atau knob perangkat yang rusak, bisa dihitung lalu dibuat gambar 3D menggunakan komputer dan dicetak dengan mesin,” katanya.
Dia menyebutkan, salah satu proyek yang pernah ia kerjakan adalah membuat model tengkorak wajah manusia berdasarkan file CT-scan. Pembuatan ini berdasarkan permintaan seorang dokter spesialis dari Surabaya untuk membantu persiapan pra-operasi.
“Awal permintaan, kami belum bisa. Kami minta waktu satu minggu mempelajari detailnya, lalu kami menyanggupi,” lanjut Ammar.
Ada juga permintaan pra-operasi pemasangan implan pada dagu pasien yang terkena tumor. Lalu Ammar membuat tengkorak manusia berdasarkan file CT-scan pasien itu bersangkutan.
“3D printing bisa diterapkan untuk membuat model berbagai bagian tubuh manusia. Bahkan ada juga yang bisa membuat implan microtia. Model telinga manusia yang tumbuh tidak sempurna,” kata Ammar.
Ia mengatakan bahwa perkembangan 3D printing sudah cukup pesat. Tidak terbatas hanya untuk manufaktur, tetapi juga dunia kesehatan. Terlebih lagi, saat ini kemajuan dunia internet of things (IoT) sangat cepat, sehingga berbagai permintaan perangkat keras terkait bisa dipenuhi.