Anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang bergerak di industri farmasi dan alat kesehatan (alkes), yakni PT Mitra Rajawali Banjaran dan PT Phapros Tbk membangun fasilitas produksi alat kesehatan Scaffold Hydroxyapatite yang berlokasi di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pembangunan ini ditandai dengan digelarnya acara peletakan batu pertama pada Selasa (22/8/2017).
Hydroxyapatite (HA) sendiri merupakan mineral kalsium aptite yang memiliki komponen dasar sama dengan tulang. HA selama ini juga digunakan untuk material lem tulang dan pembuat tulang buatan.
Produk ini merupakan hasil hilirisasi riset produk alat kesehatan dalam negeri oleh periset Dr. dr. Ferdiansyah, Sp.OT dari RSUD Dr. Soetomo. Sedangkan yang akan diproduksi oleh Phapros merupakan contoh sinergisme ABGC (Academician-Business-Government-and Community).
Menurut Direktur Utama Phapros, Barokah Sri Utami, produk ini akan menjadi produk alkes Scaffold Hydroxyapetite lokal pertama di Indonesia bahkan Asia tenggara. “Selama ini kita impor dari Korea Selatan paling banyak, Jerman juga ini. Iya, ini pertama di ASEAN,” ucap wanita yang biasa disapa Emmy ini
Dirinya melanjutkan, saat ini fasilitas produksi dibangun memang memiliki kapasitas medium. Tapi ke depan, dengan bertumbuhnya pasar alkes yang cukup tinggi hingga mencapai 13%, maka fasilitas ini akan terus berkembang baik dari sisi kapasitas maupun pertambahan varian produk Hydroxyapetite yang lain.
Sementara itu, Komisaris Utama Phapros sekaligus Direktur Keuangan RNI M. Yana Aditya mengatakan kerja sama keduanya merupakan sinergi anak perusahaan RNI dalam mendukung upaya kemandirian alkes nasional.
Dalam kerja sama ini, Phapros punya modal teknologi dan Mitra Rajawali Banjaran memiliki lahan dan aset bangunan idle atau menganggur. Selain itu, Mitra Rajawali Banjaran juga telah dilengkapi sederet izin seperti izin industri, edar, impor dan sertifikasi pengembangan alat kesehatan.
Tak hanya memanfaatkan aset menganggur dimiliki Mitra Rajawali Banjaran, Phapros juga akan melakukan transfer ilmu kepada SDM yang dimiliki Mitra Rajawali Banjaran terkait hal teknis yang berkaitan dengan produksi HA tersebut.
“Fasilitas produksi dibangun memang kapasitas medium dan ditargetkan bisa beroperasi penuh di semester II-2018,” pungkasnya.