Di Indonesia, permintaan akan alat kesehatan tulang dan gigi semakin meningkat karena masih terdapat banyak kejadian kecelakaan lalu lintas dan kerja. Tahun 2022 ada sekitar 265.344 kasus kecelakaan kerja, yang merupakan peningkatan dari 234.370 kasus pada tahun 2021.
Sementara itu kecelakaan lalu lintas selama liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 terjadi peningkatan. Persentasenya mencapai 11% apabila dibandingkan liburan Nataru 2019 sebelum pandemi Covid 19, dilansir dari Republika.
Melihat itu, PT Phapros Tbk selaku salah satu anggota holding BUMN Farmasi di Indonesia menilai masyarakat semakin membutuhkan alat kesehatan tulang dan gigi. Menurut Direktur Utama Phapros, Hadi Kardoko, perusahaan akan meluncurkan produk bahan pengisi tulang hasil kerjasama dengan Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo, Surabaya pada tahun ini.
Baca juga: Alat Ini Bisa Memprediksi Ledakan Emosi dan Agresifitas Anak Dengan Autisme
Alat Kesehatan Tulang dan Gigi Bagi Masyarakat Luas
Hadi menerangkan bahwa perusahaankan akan fokus untuk mengembangkan produk berbasis riset agar masyarakat yang membutuhkan dapat terbantu. Menurut Hadi, bone filler juga bukan hanya untuk korban kecelakaan, tapi juga bagi masyarakat lansia. Mereka ini termasuk kelompok usia yang membutuhkan tindakan rekonstruksi terutama pada bagian panggul dan lutut.
“Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kerusakan pada tulang dan gigi. Bukan cuma karena kecelakaan, tapi juga karena penyakit berat seperti tumor dan osteoporosis. Phapros menawarkan solusi berupa material sintetik untuk implantasi. Nantinya, alat ini untuk mengganti bagian tulang yang hilang,” ujar Hadi.
Upaya ini juga diamini oleh Pengamat Pemasaran Strategis, Asnan Furinto dari BINUS Business School. Banyak korban dan keluarganya yang membutuhkan implantasi tulang. Mereka ingin supaya korban mampu kembali hidup normal setelah mengalami peristiwa yang mempengaruhi kondisi fisik.
“Bone filler produksi lokal berpotensi memiliki market share besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk saat ini yang rata-rata impor. Selain itu sejalan juga dengan kebijakan pemerintah untuk lebih memprioritaskan produk lokal terutama pada industri kesehatan,” kata Asnan.
“Jika melihat sejarahnya, Indonesia sudah lama memiliki kemampuan untuk membuat alkes sesuai standar internasional dan mengekspornya untuk kebutuhan global,” kata Asnan.
Dengan pertumbuhan industri perangkat medis sebesar 361,66% dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Indonesia berpeluang menjadi pemasok kebutuhan alkes ke berbagai negara.