Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia, mengakui bahwa mewujudkan kemandirian industri kesehatan nasional bukan hal yang mudah. Menurutnya, industri farmasi dan alat kesehatan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar, terutama terkait ketersediaan bahan baku untuk obat-obatan maupun alat kesehatan.
“Tentu untuk mencapai kemandirian tidak bisa sekaligus. Kita masih bertahap,” ujar Lucia dalam acara Road to CNBC Indonesia Awards, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, pemerintah terus berupaya memperkuat rantai pasok dan meningkatkan kemampuan produksi bahan baku obat di dalam negeri. “Kita mengharapkan bisa menjaga supply chain, termasuk bahan baku, sehingga kemampuan memproduksi bahan baku obat dapat terus meningkat,” jelasnya.
Industri Farmasi Tumbuh, Produksi Bahan Baku Meningkat
Meski masih menghadapi kendala di hulu, Lucia menilai bahwa industri farmasi nasional menunjukkan perkembangan positif, terutama di sisi hilir. Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 240 perusahaan farmasi yang mencakup berbagai sektor, mulai dari obat-obatan berbasis kimia, vaksin, produk biologi, hingga obat herbal.
Dari 10 jenis bahan baku obat yang paling banyak digunakan di industri, Indonesia telah mampu memproduksi delapan di antaranya. Total, sudah ada sekitar 41 jenis bahan baku obat yang berhasil dikembangkan di dalam negeri.
“Kita juga berharap bahan baku yang diproduksi industri farmasi bisa digunakan hingga menjadi produk obat jadi. Pemerintah melakukan koordinasi agar bahan baku yang dihasilkan bisa terus dimanfaatkan secara berkelanjutan,” tambahnya.
Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional, yang menargetkan peningkatan produksi bahan baku dan pengurangan ketergantungan pada impor.
Produksi Alat Kesehatan Meningkat Tiga Kali Lipat
Selain sektor farmasi, perkembangan industri alat kesehatan (alkes) di Indonesia juga menunjukkan kemajuan signifikan. Lucia menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir, produksi alat kesehatan dalam negeri meningkat hingga tiga kali lipat, terutama setelah pandemi COVID-19 yang sempat mengakibatkan kelangkaan berbagai produk medis penting.
“Pandemi menjadi momentum untuk mendorong industri alat kesehatan tumbuh pesat. Kini, banyak jenis alkes yang bisa kita produksi di dalam negeri,” ungkapnya.
Menurut Lucia, Indonesia sudah mampu memproduksi sebagian besar 10 jenis alat kesehatan yang paling banyak digunakan di fasilitas medis nasional. Namun, masih ada beberapa produk berteknologi tinggi yang belum dapat diproduksi secara mandiri, seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging).
“Dalam waktu dekat kita akan punya produk CT Scan buatan dalam negeri. Itu capaian yang sedang kita upayakan, tapi perjalanan ini masih panjang,” katanya.
Upaya Berkelanjutan Menuju Kemandirian Penuh
Lucia menegaskan bahwa pemerintah akan terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik industri, akademisi, maupun lembaga riset, untuk mempercepat proses menuju kemandirian penuh sektor farmasi dan alat kesehatan.
“Industri ini berkembang pesat, tapi masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kemandirian membutuhkan waktu, dukungan, dan sinergi lintas sektor,” tutupnya.




