Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan bahwa pemerintah telah memilih enam rumah sakit untuk menyelenggarakan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Proses seleksi akan dilakukan pada September 2024, dan program ini akan dimulai pada Januari 2025.
“Proses seleksi kita lakukan di September (2024), sehingga nanti di Januari 2025 kita jalan,” ungkap Budi dilansir dari Kompas (03/07/2024). Pernyataan tersebut disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Daftar Rumah Sakit untuk Pendidikan Dokter Spesialis
Keenam rumah sakit tersebut akan menawarkan program untuk spesialisasi yang berbeda-beda.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita akan mengadakan program untuk spesialis jantung, sementara Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita akan fokus pada spesialis ibu dan anak.
Selain itu, Rumah Sakit Kanker Dharmais akan menyediakan program untuk spesialis onkologi radiasi dan Rumah Sakit PON untuk spesialisasi neurologi.
Rumah Sakit Soeharso Soeharso akan menyelenggarakan program spesialis ortopedi, dan Rumah Sakit Cicendo akan menawarkan studi untuk spesialisasi mata.
Kementerian Kesehatan juga telah bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk mendanai program ini, sehingga biaya PPDS akan ditanggung oleh LPDP.
Sebagai timbal balik, para dokter yang lulus dari program ini harus bersedia ditugaskan ke wilayah mana pun yang ditentukan oleh pemerintah.
“Kita akan ikat dia karena dia harus bekerja di daerah-daerah di mana alat kita nanti datang dia langsung bisa bekerja,” ujar Budi.
Tujuan dari diadakannya program PPDS berbasis rumah sakit merupakan strategi pemerintah RI demi menambah jumlah dokter di Indonesia khususnya dokter spesialis.
Lebih lanjut Budi menyebutkan bahwa Indonesia masih kekurangan sekitar 124.000 dokter umum dan 29.000 dokter spesialis, sementara produksi dokter spesialis dalam negeri hanya sekitar 2.700 per tahun.
Melalui program ini, sebanyak 420 rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia akan terlibat dalam penciptaan dokter spesialis, tidak hanya dari 24 fakultas kedokteran yang sudah ada.
Ke depan, calon dokter spesialis akan langsung berpraktik di rumah sakit dan melibatkan kolegium masing-masing cabang ilmu kesehatan.