Dexa Group, sebagai salah satu pelaku industri kesehatan dan farmasi di Indonesia meluncurkan pabrik alkes pertama mereka. Pabrik alat kesehatan (alkes) tersebut berada di bawah anak usaha PT Deca Metric Medica dan fokus produksinya pada pembalut luka.
Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan produk pembalut luka atau wound dressing. Produk ini merupakan alat kesehatan terlaris ke-5 dalam e-katalog LKPP.
PT Deca Metric Medica yang merupakan produsen alat kesehatan ini telah diresmikan oleh Menkes RI Budi Gunadi Sadikin. Peresmian juga turut dihadiri oleh Pimpinan Dexa Group Ferry A. Soetikno. Kemudian juga ikut hadir Direktur Utama PT Medela Potentia, Krestijanto Pandji.
Menkes Budi memberikan apresiasi atas fasilitas produksi alat kesehatan PT Deca Metric Medica yang dapat berkontribusi pada ketahanan kesehatan Nasional. Ia menyebutkan bahwa ada 10 alat kesehatan yang paling sering digunakan di Indonesia menurut data e-Katalog di 900 rumah sakit pemerintah.
Pembalut Luka Merupakan Lima Produk Teratas
Lima alkes yang paling banyak dicari dan digunakan di Indonesia antara lain set infus, sarung tangan, lv kateter, alat suntik, dan pembalut luka. Karena itulah Menkes memberikan apresiasi kepada PT Deca Metric Medica yang menjadi produsen pembalut luka.
Setiap tahunnya, produksi wound dressing menembus angka Rp300 miliar menurut Menkes Budi. Alkes ini memang termasuk ke dalam barang habis pakai yang terus menerus harus tersedia dan digunakan di fasilitas kesehatan.
Menkes mendukung produksi alat kesehatan lokal tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk diekspor ke luar negeri.
“Kami ingin produksi lokal yang berkualitas dan operasionalnya baik, agar kita siap jika ada pandemi lagi. Kami dorong agar mereka bisa naik ke level dunia agar mereka punya daya jual, skala ekonomi yang lengkap,” ujar Menkes dilansir dari bisnis.com (22/12/2023).
Proyeksi Menurunkan Impor Alkes
PT Deca Metric Medica mengelola pabrik yang berdiri di lahan 6.000 meter persegi dan bangunan 4.800 meter persegi. Diharapkan terbangunnya pabrik ini mampu menurunkan impor produk alat kesehatan Indonesia.
Berdasarkan laporan kinerja semester I/2023 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, transaksi alat kesehatan Nasional melalui e-katalog pada 2019 – 2020 masih didominasi produk impor yang mencapai 88 persen.
Data Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menunjukkan bahwa pasar alat kesehatan Indonesia tahun 2020 sebesar Rp 49,7 triliun. Angka ini setara dengan 0,7 persen pasar alat kesehatan dunia. Namun, neraca perdagangan alat kesehatan dalam negeri masih defisit Rp 23,8 triliun dengan nilai ekspor Rp 16,3 triliun dan impor Rp 40,1 triliun.