spot_img

Kemenkes Dorong Inovasi Produk Farmasi untuk Layanan Kesehatan Kanker

Dr. Dra. L. Rizka Andalucia, Apt, M. Pharm., MARS, selaku Dirjen Kefarmasian dan Alkes Kemenkes, menekankan pentingnya meningkatkan akses terhadap inovasi produk farmasi khususnya biologis. Terutama karena inovasi tersebut dapat membuka pintu menuju pengobatan yang terjangkau bagi pelayanan kesehatan kanker.

“Salah satu strategi kami dalam menangani kasus kanker adalah meningkatkan akses terhadap inovasi produk farmasi dan bioteknologi,” katanya secara daring. Ia menyampaikannya bertepatan dengan acara penandatanganan kerjasama Kalbe dan Henlius produksi obat terapi kanker di Jakarta, Senin seperti dikutip dari Antara (12/09/23).

Ia menjelaskan, ada peningkatan kasus penyakit tidak hanya yang menular tapi juga tidak menular, termasuk kanker. Pada tahun 2022, di Indonesia terdapat 3 juta kasus kanker yang ditanggung oleh BPJS dan telah menghabiskan biaya lebih dari Rp4,5 triliun.

Hal ini menjadikan kanker sebagai penyakit dalam kategori katastropik dengan pengeluaran tertinggi kedua dan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung.

Inovasi Produk Farmasi Diperlukan untuk Menjawab Permintaan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan

Lucia, Dirjen Kefarmasian dan Alkes Kemenkes, menyampaikan bahwa produk inovasi asing membutuhkan waktu rata-rata 14 bulan untuk bisa masuk ke Indonesia. Itu dihitung sejak peluncuran global.

Karena harga pengobatan inovatif yang mahal dan waktu tunggu yang cukup panjang, banyak pasien yang memilih untuk berobat ke luar negeri.

Hal ini menyebabkan adanya pengeluaran 12-48 miliar dollar AS (Rp184 miliar- Rp736 miliar) untuk wisata kesehatan (medical tourism). Oleh karena itu, Kemenkes mengubah aturan untuk mempercepat ketahanan dalam mengembangkan ekosistem penelitian.

Beberapa diantaranya melalui transfer teknologi, memfasilitasi vaksin dan produk bioteknologi dan memberi insentif dan non insentif pada perusahaan farmasi. Langkah lainnya juga dengan mengganti lisensi alat kesehatan dengan produk lokal.

“Dengan memproduksi bioteknologi, Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Indonesia akan mampu menyediakan pengobatan yang lebih terjangkau untuk pelayanan kesehatan nasional sehingga orang-orang bisa mendapatkan akses pada inovasi kesehatan,” ujarnya.

Ekosistem Berkelanjutan

Untuk mendukung pengembangan industri farmasi, vaksin produk biologis dan alat kesehatan, Kementerian Kesehatan membangun ekosistem yang berkelanjutan. Ekosistem ini melibatkan aksi afirmatif dari riset dan pengembangan produksi dan rantai suplai.

Kemenkes juga memfasilitasi kerja sama antara industri lokal dan perusahaan global. Tujuannya adalah untuk membangun kapasitas yang cukup untuk produk biofarmasi. Dengan mengembangkan ketahanan farmasi di daerah dan industri alat kesehatan, Indonesia bisa menyediakan semua terapi dan diagnosa dengan cepat dan murah. Hal ini juga bisa mempercepat penanganan kedaruratan.

Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Roy Himawan S.Farm MKM menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan mengapresiasi setiap inisiatif kemitraan strategis.

“Kami melihat sudah saatnya kita maju tidak lagi bergantung pada pasar domestik tapi juga mengejar ekspor, ini juga jadi bagian dalam agenda kami mentransformasi kesehatan menjadi lebih resilien,” ucap Himawan.

 

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Media Sosial

10,000FansLike
13,700FollowersFollow
BERLANGGANAN NEWSLETTER GRATIS
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Join over 3.000 visitors who are receiving our newsletter and learn how to optimize your blog for search engines, find free traffic, and monetize your website.
We hate spam. Your email address will not be sold or shared with anyone else.

Pilihan Redaksi

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x