Ada kabar gembira khususnya bagi dunia kesehatan jantung. NIVA atau Non-Invasive Vascular Analyzer hasil dari inovasi ITB telah memegang izin edar. Perangkat untuk deteksi dini penyakit jantung koroner ini mengantongi izin yang terbit pada 10 Maret 2023 lalu dan dicetak pada 20 Maret 2023.
Izin edar diberikan melalui pihak PT. Selaras Citra Nusantara Perkasa, Tbk (SCNP). Perusahaan ini merupakan mitra kerjasama untuk mengembangkan dan riset NOVA bersama peneliti STEI-ITB.
Di Indonesia, penyakit jantung koroner dan stroke tetap menjadi penyebab kematian utama. Kedua gangguan kesehatan ini bukan hanya memiliki jumlah kasus terbanyak, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada perekonomian negara.
Hal ini disebabkan oleh biaya pengobatan yang tinggi, terutama dalam pengeluaran BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, Prof. Dr. Ir. Tati Latifah Erawati Rajab Mengko bersama tim kelompok keahlian Teknik Biomedika di Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung mengembangkan NIVA (Non-Invasive Vascular Analyzer) untuk mengatasi masalah ini.
Menggunakan sensor photoplethysmograph (PPG) dan sensor tekanan darah, NIVA memiliki dua fungsi utama yang dijalankan. Fungsi pertama, mengukur fungsi pembuluh darah yang membawa darah ke seluruh tubuh. Dengan begitu dapat diketahui kecenderungan terjadinya penyumbatan.
Sementara fungsi kedua adalah untuk mengukur fungsi endotelial guna memberikan gambaran apakah pembuluh darah berfungsi normal atau tidak.
Penggunaan NIVA terintegrasi dengan penggunaan perangkat, sehingga hasil analisis NIVA tidak bergantung pada keahlian operatornya. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang kurang baik, pengobatan ke dokter dapat dilakukan sebelum hal yang lebih buruk terjadi.
Untuk memastikan perangkat deteksi dini penyakit jantung koroner ini dapat terdistribusi dengan baik, STEI-ITB bekerja sama dengan PT. SNCP. Menurut COO PT. SNCP, Shirly Effendy, pihaknya memiliki keberanian untuk memproduksi dan menyebarkan 100 alkes NIVA untuk pasar domestik.
“NIVA adalah alat kesehatan dalam negeri pertama yang hadir. Harga jualnya lebih terjangkau dengan perbandingan 52%,” tutur Shirly.