Panjangnya antrean berobat masih jadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia. Sebagian besar pasien terlalu lama berada di daftar tunggu sehingga tidak bisa mendapat penanganan dengan segera.
Kementerian Kesehatan RI mengatakan akan terus mengoptimalkan fasilitas yang ada. Sejumlah rumah sakit rujukan nasional telah dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kanker.
“Dari 14 rumah sakit rujukan nasional, 11 di antaranya sudah cukup memadai untuk kasus kanker. Jadi harapannya, 14 itu supaya tidak semua pasien yang sebenarnya bisa ditangani di daerah dikirim ke Dharmais, RSCM atau RS lain di Jakarta,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Cut Putri Arianie, saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kamis kemarin.
Untuk ke depannya, fasilitas pelayanan kanker akan ditambahkan. Namun dalam prosesnya memang membutuhkan proses yang cukup panjang.
“Jadi di distribusinya di daerah juga bisa jadi pengobatan kanker. Nanti secara bertahap akan dipenuhi. Karena kita tahu, untuk membangun distribusi nggak murah. Sekarang dari 11 diantaranya sudah bisa menangani kanker ini sudah hampir memenuhi target yang diharapkan,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Penanggulanan Kanker Nasional, Prof Dr dr Soehartati, SpRad, Onk.Rad, berujar memang dalam penyelenggaraannya jumlah rumah sakit rujukan belum cukup sehingga direncanakan pengoptimalan seperti membuka Cancer Center 24 jam.
“Mungkin memang jumlah ini masih kurang, tapi dengan tadi yang direkomendasikan 24 jam operasi diharapkan bisa mengurangi antrian,” tambah dr Tati.
Untuk di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Tati mengatakan hingga saat ini tidak ada penumpukan antrean atau daftar tunggu karena memberlakukan jam kerja yang lebih lama dari biasanya.
“Kita di RSCM kerja sampai jam 9-10 hanya untuk mengurangi daftar tunggu. Kalau memang ada hambatan, kadang-kadang karena masalah sistem rujukan BPJS,” pungkas dr Tati.